Memilih Gedung Pernikahan di Bandung, Jatuh Kepada...

photo from pittsburghweddingsupergroup

Setiap ada teman yang tanya tentang bagaimana memulai persiapan pernikahan, (Baca: Persiapan Pernikahan A-Z For Dummies), saya selalu tekankan untuk memulai dari jumlah undangan, dilanjut gedung. Khususnya di Bandung. Alasan selain gedung pernikahan di Bandung terbatas, bisa dilihat di postingan yang saya link di atas, ya.

Nah, itu juga yang saya lakukan di persiapan pernikahan saya. Memilih gedung pernikahan dan langsung DP.

Eh sebenernya kalau mau narik cerita jauh ke belakang, perjuangan milih venue ini sempet agak alot. Saya, si pencinta pohon dan anything greeneries, naksir berat sama Maxis. Luasnya pas, rumputnya rapi dan hijau rata alias gak banyak undakan, di beberapa sisi berjajar pohon (di parkirannya aja dipenuhin pohon), punya area VIP dominasi kaca, area akadnya cakep di selasar belakang dengan tema putih-putih gitu, wah pokoknya it has anything that I want.

Tapi ya memang gak dapet restu berhubung areanya gak tengah kota ditambah parkirannya agak sempit. Area VIP-nya pun gak ber-AC jadi kasian pinisepuh. Ditambah parkir di area lapangan tenis, klaimnya sih muat mobil 100-something (tapi agak ragu sih).

Akhirnya orangtua ngasih batasan: No outdoor. Karena dua tempat outdoor yang saya tunjukkin kurang sreg buat mereka. Kebanyakan karena areanya gak tengah kota, sih. Dan yang satunya lagi ditambah area yang berundak dan agak jauh dari parkiran, kami mikirin pinisepuh yang bakal dateng.

Berarti, mulai jelas pencariannya. Kami fokus mencari gedung pernikahan di Bandung. Pilihan ada 3, yaitu Pusdai, Bandung Convention Center, dan Graha Tirta Siliwangi.
Bandung Convention Center udah suka sih. Masuk-masuk bersih, rapi, gedungya baru, kapasitas oke, meski lighting bawaannya sederhana, tanpa chandelier. Tapi sekali lagi, sayang banget lokasinya kurang ke tengah kota. Menurut orangtua saya juga gitu. So, coret dari daftar.

Graha Tirta Siliwangi juga baguuus. Meski dari luar biasa banget dan perkirannya kecil, tapi begitu ngelewatin area jembatan dan seterusnya, cantiik! Suka banget jembatan yang di bawahnya kolam dan di atasnya pake skylight. Apalagi di luar skylight itu pohon-pohon besar khasnya daerah Gudang Utara. Cakeps. Atap gedungnya juga manis, pake lampu-lampu memanjang gitu. Belakang pelaminan ada kaca yang lagi-lagi di belakang kacanya ada pepohonan.

Tapi kapasitas amannya 1000 kayaknya. Maksimal banget 1500, tapi saya dan mama khawatir bakal kerasa penuh kalau sampe 1500. 

Galau. Lama. Di-PR-in seminggu. Karena kami tinggal milih Bale Asri Pusdai atau Graha Tirta Siliwangi, kan.

Akhirnya, berhubung rencana undangan awal 750 orang (which means bakal ada sekitar 1500) kalau dihitung sesuai undangan yang disebar, maka untuk amannya kita pilih Pusdai, Jalan Diponegoro No.63 Bandung.

Pusdai. Foto: msmunir

Tengah kota dan rata-rata orang udah tau, deket dari Pasupati buat temen-temen dari luar kota, ada masjid, chandelier bagus, dindingnya udah mewah meski didekornya minimalis, dan parkirannya lumayan nampung banyak meski mungkin bakal kesebar.

Tapi toh di area itu-itu juga, jadi semoga tamu-tamu gak kecapekan juga jalan dari parkiran. Luas area Pusdai ini kalau ditotal dari area hall, selasar, dan lobi, adalah 2100 m2. 

Emang, sih, area outdoor Pusdai sekarang kalau diliat-liat agak kotor. Mungkin karena banyak aktivitas di sana, ya? Area parkirnya juga kurang rapi ketimbang Bandung Convention Center yang ya... emang keitung lebih baru juga sih.

Tapi over all saya dan orangtua mikir bahwa Pusdai udah pilihan aman. Dan, sebenernya saya agak menyayangkan kenapa Pusdai jadi dicat warna krem gini. Kayaknya lebih cakep pas abu-abu. Huhu.

Masjid Pemprov Jabar ini juga tema arsitekturnya udah cocok banget sama saya yang orang Sunda. Kok, Sunda? Iya, kalau diliat-liat kan Pusdai ini atapnya berbentuk limasan. Selain itu, bentuk bangunannya juga mengikuti filosofi pemukiman di tatar Parahyangan (due to its website), yaitu pola berteras banyak, menyebar, bertrap, dan punya pekarangan luas. Polanya kayak rumah adat Sunda zaman dulu. 

Gedung Bale Asri Pusdai (Insya Allah) lokasi resepsi
Foto: msmunir

Selain itu, ya karena ini memang masjid, ya, jadi konsep Timur Tengah Pusdai ini juga kuat meski dibikin lebih minimalis dan modern. Pola-pola lengkung dan geometrisnya keliatan jelas di area masjid maupun selasar.

Nah, karena pola limasan tadi, bikin Pusdai, khususnya gedung Bale Asri yang saya pilih sebagai gedung pernikahan, punya atap tinggi dan bikin leluasa napas *halah*. Saya suka sih area lobby-nya yang semi outdoor dengan atap putih tinggi. Ini jadi nilai lebih di Pusdai sih, biar gak semua tamu berkumpul di gedung utama.

Oh iya, saya juga suka masjidnya. Masjidnya punya atap tinggi yang penuh lengkung dan bikin keliatan syahdu sekaligus megah. 

Masjid Pusdai (Insyah Allah) Lokasi Akad.
Foto milik: Muhendragun 

foto: tarijem

Yang saya sukain juga adalah chandeliernya. iya, sih, kayaknya udah lama gak diganti, ya? Tapi itu legend Pusdai banget. Dan masih bagus sih modelnya sampai sekarang. Wall ornament-nya juga bagus. Kayak gimana? Ini dia.

Area Bale Asri Pusdai, (insya Allah) gedung resepsi pernikahan kami.

Nah, satu hal yang disayangkan, kecuali hotel, jarang banget gedung pernikahan di Bandung yang full cover pake karpet. Padahal karpet tuh bikin tampilannya makin oke. Tapi yasudah terima saja. \m/

Oke mulai ngantuk -.- Pokoknya, untuk spesifikasi Pusdai yang lebih lengkap bisa dilihat di sini.